Senin, 02 Februari 2009

Cianjur Tea


MEMBANJIRNYA beras impor akhir-akhir ini ternyata tidak melunturkan pamor beras cianjur yang sedang merajai pasar. Banyak konsumen yang menguber beras tersebut di antara puluhan nama beras. Beras cianjur masih memiliki keunggulan yang tidak bisa disamai oleh beras dari daerah lain. Sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Barat, cianjur identik dengan nama ''pandan wangi''. Trademark yang kondang sejak tahun 1973 ini membawa Cianjur semakin harum namanya di pasaran beras lokal, nasional, maupun internasional.

Padi pandan wangi termasuk varietas Javanica dengan ciri bulat, berbulu, dan tahan rontok. Usia tanamnya 150-160 hari dengan tinggi 150 sentimeter. Padi pandan wangi sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Warungkondang dan sedikit di Kecamatan Cugenang dan Cibeber. Upaya pengembangan padi pandan wangi beberapa kali dilakukan di luar kecamatan tersebut. Hasilnya masih mengecewakan. Aroma wangi pandan tidak muncul dan rasanya tidak sebagus beras pandan wangi produksi Kecamatan Warung-kondang yang dikenal nasinya pulen, enak, dan wangi.

Tingginya harga beras pandan wangi menyebabkan beras istimewa ini hanya menjadi konsumsi masyarakat kelas menengah dan atas. Bayangkan, pertengahan Januari lalu harga beras ini mencapai Rp 4.500 per kilogram di penggilingan padi di Warungkondang. Sementara harga di pasar beras Rp 5.500 per kilogram. Itu pun belum tentu murni. Banyak konsumen yang langsung membeli beras di penggilingan padi di Warung-kondang. Pasalnya, pembeli dapat melihat ciri-ciri padi sebelum digiling untuk mendapatkan kemurnian beras pandan wangi. Bahkan, beberapa pemilik penggilingan padi menyatakan, bila beras pandan wangi sudah ke luar dari penggilingan tidak berani menjamin keasliannya. Maklum, jalur pemasaran beras melalui banyak tangan, mulai dari petani, penebas, penggiling, agen, pedagang, sampai konsumen. Melambungnya nama pandan wangi sebagai merek dagang beras cianjur mengakibatkan munculnya praktik pengoplosan beras pandan wangi dengan jenis lain.

Padi pandan wangi hanyalah sebagian kecil dari produksi padi cianjur. Wilayah Cianjur Tengah misalnya, khususnya di Kecamatan Kadupandak dan Pagelaran, juga menjadi salah satu pusat produksi padi. Tiga tahun terakhir produksi padi cianjur secara keseluruhan menurun. Hal ini menguatkan tekad Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk mengangkat kembali nama harum Cianjur di pasar agrobisnis. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan padi pandan wangi menjadi unggulan utama hasil pertanian di samping tanaman palawija, sayuran, buah, dan tanaman hias.

Sebagai daerah agraris, Kabupaten Cianjur berkeinginan menjadi salah satu pusat agrobisnis dan pariwisata di Jawa Barat. Dengan sumber daya manusia seadanya Cianjur mulai membuka pusat perdagangan pertanian. Kecamatan Cikalongkulon, misalnya, akan dijadikan pusat bisnis pisang, kemudian Pacet sebagai pusat bisnis hortikultura. Sementara di wilayah selatan akan dibangun pusat pengembangan ternak potong.

Pada tahun 2009 total nilai kegiatan ekonomi Rp 5,4 trilyun atau 11,6 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pertanian kembali membuktikan sebagai penggerak utama kegiatan ekonomi daerah dengan memberikan nilai Rp 2,6 trilyun. Bukan mustahil, kondisi ini akan berlangsung pada tahun-tahun berikutnya, mengingat seluruh potensi pertanian belum tergarap secara

maksimal.

Letak strategis sebagai lintasan Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung membawa keberuntungan tersendiri bagi Cianjur. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi dan perhubungan yang cukup memadai memberikan kemudahan dalam mendistribusikan dan mengembangkan akses pasar produk unggulan Kabupaten Cianjur.

Keuntungan lain, misalnya, pertumbuhan pembangunan wilayah Cianjur Utara begitu pesat. Di kawasan Puncak sampai ke pusat Kota Cianjur, semakin menjamur rumah mewah sebagai second home masyarakat luar Cianjur, hotel, dan restoran. Di setiap musim liburan dan akhir pekan masyarakat dari luar membanjiri Cianjur. Banyaknya pendatang selaku konsumen, memacu kreativitas penduduk untuk berdagang hasil pertanian dan kerajinan tangan semisal manisan, taoco, dan len-tera gentur. Tingginya gairah masyarakat di bidang perdagangan, memberikan nilai Rp 1879,8 milyar terhadap perekonomian daerah tahun 2009.

Pemerintah Kabupaten Cianjur berkeinginan mengangkat wilayah Cianjur Selatan, yang masih menyimpan kantung kemiskinan. Ketimpangan pembangunan antara wilayah utara, yang menguasai 70 persen perputaran perekonomian Cianjur, dan selatan mulai dirasakan oleh masyarakat Cianjur. Untuk itu, mulai tahun 2002 yang disebut pemkab sebagai tahun inisiasi, wilayah selatan dijadikan prioritas pembangunan. Perbaikan dan pelebaran jalan serta pembukaan sentra bisnis pertanian dan kelautan menjadi langkah awal pemkab untuk memajukan wilayah selatan.

Wilayah Cianjur Selatan memang tidak semujur utara. Namun, secara umum masih banyak potensi yang belum dieksploitasi. Dari segi pariwisata, potensi selatan tidak kalah menarik dengan wilayah utara. Kelebihan yang dimiliki adalah obyek pantai yang tidak mungkin dimiliki wilayah utara. Panjang pantai yang 75 kilometer masih belum tersentuh tangan terampil untuk didayagunakan secara bijaksana. Keindahan alam perbukitan dengan hamparan kebun teh juga mewarnai pemandangan di kanan dan kiri jalan berliku-liku menuju wilayah selatan, tepatnya di Kecamatan Sukanagara dan Pagelaran.

Kabupaten yang tahun 2009 pendapatan per kapitanya Rp 122,8 juta ini diuntungkan oleh potensi alam yang sangat bagus. Modal dasar ini baik untuk pengembangan pariwisata maupun agrobisnis. Namun, perwujudannya tidak mudah. Kualitas sumber daya manusianya harus dipersiapkan lebih serius, karena hampir 50 persen penduduk Kabupaten Cianjur hanya berpendidikan S-I.