Minggu, 01 Februari 2009

Mordenisasi


Kata Modern rasanya sudah tidak asing lagi ditelinga kita, banyak orang menyerukan kata modernisasi. Namun perlu kita ketahui sebelumya arti dari kata Modernisasi itu sendiri, karena banyak orang yang salah mengartikan bahwa modernisasi sama dengan Westernisasi. Padahal sebenarnya dua kata itu merupakan dua hal yang berlainan
Istilah Modernisasi ini mulai setelah pada masa revolusi industri di Inggris, kurang lebih sekitar 1760-1830an, dan juga revolusi Perancis sekitar tahun 1789-1794-an. Apabila dilihat dari sejarahnya ini modernisasi termasuk ke dalam salah satu jenis perubahan sosial yang membawa kemajuan dalam bidang ekonomi serta dalam bidang politik. Modernisasi meliputi segala aspek kehidupan, namun secara arti sempitnya modernisasi seringkali diartikan sebagai suatu kemajuan dalam hal bidang teknologi, serta suatu perubahan dalam proses produksi bidang pertanian.
Sedangkan apabila kita lihat dari asal katanya, bahwa modernisasi ini berasal dari bahasa Latin yaitu “Modus” yang artinya cara, setelah itu timbul dari bahasa Perancis “Mode” yang diartikan sebagai cara khusus berpakaian, berdandan, memangkas rambut, berhias, sampai kepada pemikiran suatu gagasan baru. Sedangkan orang yang mengikuti cara atau mode ini disebut dengan modern. Kemudian usaha dari penyesuaian mode ini disebut modernisasi.
Dalam usaha modernisasi ini ada suatu pendapat pribadi atau gagasan pribadi mengenai sesuatu hal yang baru. Sedangkan suatu sikap ikut-ikutan saja tanpa ada gagasan baru dinamakan konformisme. Dan sifat inilah yang sebenarnya sedang melanda generasi muda kita yaitu sikap mengekor kepada yang sudah ada, kenapa hal ini bisa terjadi? Hal ini bisa disebabkan oleh karena mereka baru meraih indentitas diri yang masih lemah, sehingga dibutuhkan pengakuan atas identitas tersebut. Jadi yang amat diperlukan ialah diterimanya oleh kelompok baya yang dianggap paling modern, walaupun kelompok itu modern atau kolot pandangan hidupnya, itu bukan hal yang penting. Yang dicari di sini adalah pengukuhan dan penggalangan lewat yang diterima oleh kelompok baya tersebut. Jadi, untuk menopang identitas diri tersebut hanya mereka dapatkan dengan cara konformisme ini.
Sedangkan berbeda halnya dengan para ahli ekonomi yang memandang modernisasi sebagai suatu “penerapan teknologi” oleh manusia untuk menguasai sumber-sumber alam demi menciptakan peningkatan yang nyata dalam pertumbuhan hasil penduduk perkapita. Berbeda halnya dengan para ahlis sosiologi dan antropologi sosial yang mengemukakan bahwasanya modernisasi lebih mengarah kepada “proses differensiasi” yang menjadi penanda semua masyarakat telah modern.
Namun daripada itu menurut pada cendikiawan sekuler bahwasanya modernisasi itu mengimplikasikan terhadap apa yang dinamakan dengan westernisasi. Dan ada juga sikap umum kaum muslimim yang memandang bahwa modernisasi sebagai yang mencakup segala bentuk sistem filosofis non-religius, sedangkan Islam melihatnya sebagai suatu sistem makna alternatif yang bisa membebaskan seluruh umat manusia dari persoalan-persoalan eksistensinya.
Hamka berpendapat bahwa apa yang disebut dengan modernisasi yaitu “Pengelabuhan mata untuk suatu rencana besar yang dimaksudkan untuk mengalihkan pengaruh-pengaruh Islam dari hati kita sehingga kita sudi menjadi pengekor-pengekor negara yang dikatakan maju…” Baginya modernisasi yang sebenarnya berarti perpindahan dari negera jajahan ke negara merdeka, dari feodalisme ke demokrasi, dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri. (Kamal Hasan.1987:29)
Sedangkan Nurcholis Madjid mempunyai pandangan yang berbeda dengan pendapat yang sebelumnya, menurutnya modernisasi adalah “Rationalisasi bukan westernisasi.” (Kamal Hasan.1987:32), yang mana di dalamnya mencakup suatu proses pemeriksaan yang sangat teliti terhadap pemikiran ketinggalan zaman dan pola-pola tindakan yang tidak rasional serta menggantikannya dengan yang rasional, hal ini untuk mencapai penggunaan efesiensi yang maksimum dimana proses ini didasarkan pada aplikasi terhadap penemuan-penemuan ilmu pengetahuan yang paling mutakhir. Aplikasi pada kehidupan akan mengubah yang terakhir akan lebih rasional dan oleh karenanya disebut dengan modern. Sehingga, modernisasi berarti suatu proses berpikir serta bekerja yang sesuai dengan hukum-hukum alam yang benar dan serasi.
Di samping itu, Sidi Gazalba juga mempunyai pandangan modernisasi yang berbeda dengan pendapat sebelumnya. Ia berpendapat bahwa moderinisasi adalah “suatu proses pembaharuan dan perubahan yang mengarah kepada apa yang lebih efektif dan lebih efesien”. Bahkan beliau juga menyinggung mengenai westernisasi yang mempunyai arti berbeda dengan modernisasi, menurut beliau westernisasi adalah pemindahan dan penanaman bentuk-bentuk budaya barat pada masyarakat Indonesia. (Kamal Hasan.1987:43).
Dikarenakan luasnya gejala modernisasi sehingga menimbulkan kesulitan untuk membuat suatu definisi yang mampu menjabarkan modernisasi secara lengkap. Pendefinisian ini juga bisa dilakukan dengan cara mendefiniskan aspek-aspek tertentu saja dari modernisasi yang ingin dikemukakan. Schoorl dalam buku karangan Prof Dr. Usman Pelly dan Dra. Asih Menanti M.S modernisasi masyarakat secara umum dirumuskan sebagai “penerapan pengetahuan ilmiah” yang ada kepada semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarkat.
Modernisasi biasanya seringkali dihubungkan dengan teori evolusi, sehingga modernisasi ini merupakan sesuatu yang mutlak berlangsung. Masyarakat akan terus berkembang mengikuti tahap-tahap tertentu yaitu dari tahap perkembangan yang lebih rendah menuju ke perkembangan yang lebih kompleks setelah itu menuju perkembangan yang sempurna. Teori evolusi unilenear berkembang menjadi teori evolusi multilenear yang mana di dalam teori ini dipandang bahwa masyarakat akan mengikuti suatu perkembangan yang umum (universal), dan juga pada saat yang bersamaan melakukan perkembangan yang spesifik (khusus), karena penyesuaiannya terhadap situasi khusus masing-masing.
Dari pernyataan di atas maka dapat dikatakan bahwa secara umum masyarakat beserta kebudayaannya akan terus berusaha untuk berkembang ke arah kemajuan, tapi arah perubahan untuk berkembangnya itu akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi, serta nilai dan norma dan juga adat istidat masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, arah perkembangan ke arah kemajuan ini tidak akan selalu mengarah ke kebudayaan barat (westesering diidentikan dengan modernisasi yang mana semuanya ini sangat bergantung sekali kepada cara pandang masyakarat itu sendiri, apakah perubahan yang terjadi itu dipandang bermanfaat atau tidak sehingga perlu dihindari.
Pembanganunan masyarakat modern adalah mereka yang tahu akan dan menerima baik keunggulan maupun kelemehannya, namun pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi yang umumnya baru menemukan jati dirinya yang belum mempunyai pegangan yang kuat sehingga seolah-olah tercepit antara norma-norma lama dengan noram-norma baru. Seperti halnya yang terjadi di kota-kota besar serring kali generasi muda mengalami suatu masa kekosongan karena kebutuhan akan bimbingan langsung dari orang tuanya yang sangat kurang bahkan tidak tidak ada.
Pada dasarnya kehidupan modern ini tidak selalu berada di kota saja melainkan pedesaan pun mengalami apa yang dinamakan dengan modern, asalkan sikap mental masayarakatnya tidak lagi bersifat tradisional tapi sudah memiliki ciri sebagai masyarakat modern. Adapun ciri-ciri yang menandakan masyarakat telah modern adalah:
1. Perubahan sikap dari yang tradisional menjadi lebih modern dengan jalan melepaskan diri dari cara berpikir dan berperasaan tradisional yang telah tertanam di masyarakat dalam jangka waktu yang lama.
2. Perubahan menjadi modern datang dari dirinya sendiri dengan berprilaku dan berbuat sesuai dengan kemodernannya.
3. Modern kadang kala dipaksakan walaupun tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat sehingga bisa saja muncul sikap westernisasi.
Untuk melihat modernnya suatu masyarakat kadang kala diukur dari keberhasilan dalam bidang ekonomi, seperti halnya Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang perlu dilihat dari tingkat pembangunan eknonomi dan tingkat hidup masyarakatnya yang layak. Dalam hal ini Inkeles mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mengukur seseorang sebagai bagian dari masyarakat modern, diantaranya adalah (Awan.2004.214):
1. Pendidikan. Melalui pendidikan dapat diketahui tingkat keterbukaan seseorang akan hal-hal yang baru sehingga dengan asumsi semakin bertambah tingkata pendidikan seseorang maka akan semakin meningkat pula tingkat kemodernannya.
2. Urbanisasi. Kota yang tumbuh dan berkembang dikarenakan oleh banyaknya pendatang terutama dari pedesan yang lambat laun akan menumbuhkan sikap modern pada diri mereka dikarenakan adanya penyesuaian diri dengan kehidupan kota dan segala perkembangannya, seperti keterampilan, keuletan, hemat dan disiplin.
3. Komunikasi. Informasi yang dapat menumbuhkan sikap dan rasa ingin berubah yang bersumber dari media massa, seperti televisi, radio dan koran. Media tersebut memberikan informasi mengenai cara untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat terutama mengenai ilmu pengetahuan, hiburan, politik dan ekonomi.
4. Politik. Suatu negara tidak dapat diatur secara tradisional melainkan dengan cara yang teratur atas dasar organisasi yang modern sehingga akan jelas asas dan tujuan negara tersebut.
5. Industrialisasi. Pengembangan admisnistrasi industri termasuk ke dalam pengembangan industri itu sendiri yang dinamakan modernisasi industri yang di dalamnya manajemen industri dikembangkan dengan baik demi mendapatkan bahan baku, proses industri maupun proses penjualannya.
Sedangkan Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar mengemukakan ciri-ciri manusia atau masyarakat modern sebagai berikut :
1. Manusia modern adalah orang yang bersifat terbuka terhadap pengalaman-pengalaman maupun penemuan baru. Intinya: tidak ada sikap apriori atau prasangka.
2. Manusia modern senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan, setelah dia menilai kekurangan-kekurangan yang dihadapi pada saat itu.
3. Manusia modern mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya, dan mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut berkaitan dengan dirinya.
Selain itu juga menurut Soekanto bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penghambat terjadinya masyarakat modern, antara lain yaitu :
1. Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peanan pihak lain.
2. Tingkat aspirasi yang rendah.
3. kegairahan yang kurang untuk menguasai masa depan
4. ketidakmampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan, dan
5. tidak mempunyai daya kreasi dan inovasi.
Tapi selain mengemukakan factor penghambat, Soekanto juga mengemukakan pendapatnya tentang cara untuk mengatasi hambatan di atas, diantaranya yaitu :
1. Berkomunikasi dan mendapatkan pengertian dari golongan sasaran;
2. Membawakan atau mnjalankan peranan yang dapat diterima leh golongan sasaan;
3. Menggairahkan partisipasi dari glongan sasaran;
4. Memilih waktu dan lingkungan yang tepat dalam memperkenalkan hal yang baru; dan Memberikan teladan.